

DISUSUN
O
L
E
H
Nama : ANNISA
AULIYA
Kelas : X-B
Mata Pelajaran: KIMIA
Guru Pembimbing : Oemyanto BS, S.Pd
SMA NEGERI 2
KUALA KAPUAS
TAHUN AJARAN
2012/2013
A. Minyak Bumi dan Gas Alam
Minyak bumi dan gas alam merupakan
sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Ketersediaan minyak bumi dan gas
alam di alam cukup terbatas sehingga penggunaannya perlu kita hemat.
1. Proses
Pembentukan Minyak Bumi
Minyak bumi (bahasa Inggris: petroleum,
dari bahasa Latin: petrus = batu
dan oleum = minyak), dijuluki juga sebagai emas
hitam adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah
terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi. Minyak
bumi dan gas alam berasal dari jasad renik lautan, tumbuhan dan hewan yang mati
sekitar 150 juta tahun yang lalu. Sisa-sisa organisme tersebut mengendap di
dasar lautan, kemudian ditutupi oleh lumpur. Lapisan lumpur tersebut lambat
laun berubah menjadi batuan karena pengaruh tekanan lapisan di atasnya.
Sementara itu, dengan meningkatnya tekanan dan suhu, bakteri anaerob
menguraikan sisa-sisa jasad renik tersebut dan mengubahnya menjadi minyak dan
gas.
Proses pembentukan minyak bumi dan gas ini memakan waktu jutaan tahun.
Minyak dan gas yang terbentuk meresap dalam batuan yang berpori seperti air
dalam batu karang. Minyak dan gas dapat pula bermigrasi dari suatu daerah ke
daerah lain, kemudian terkosentrasi jika terhalang oleh lapisan yang kedap.
Walupun minyak bumi dan gas alam terbentuk di dasar lautan, banyak sumber
minyak bumi yang terdapat di daratan. Hal ini terjadi karena pergerakan kulit
bumi, sehingga sebagian lautan menjadi daratan.
Pada daerah lapisan bawah tanah yang kedap air tempat terkumpulnya
minyak bumi disebut cekungan atau antiklinal. Lapisan yang paling bawah
dari cekungan ini berupa air tawar atau air asin, sedangkan lapisan di atasnya
berupa minyak, sedang di atas minyak bumi terdapat rongga yang berisi gas alam.
Jika cekungan mengandung minyak bumi dalam jumlah besar, maka pengambilan
dilakukan dengan cara pengeboran. Minyak bumi diambil dari sumur minyak yang
ada di pertambangan-pertambangan minyak. Lokasi sumur-sumur minyak diperoleh
setelah melalui studi geologi analisis sedimen karakter dan struktur sumber.
Ada banyak hipotesa
tentang terbentuknya minyak bumi yang dikemukakan oleh para ahli, beberapa
diantaranya adalah :
a. Teori Organik (Biogenesis)
Macqiur (Perancis, 1758) merupakan orang yang pertama
kali mengemukakan pendapat bahwa minyak bumi berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Kemudian M.W. Lamanosow (Rusia, 1763) juga mengemukakan hal yang sama. Pendapat
di atas juga didukung oleh sarjana lainnya seperti, New Beery (1859), Engler
(1909), Bruk (1936), Bearl (1938) dan Hofer. Mereka menyatakan bahwa: “minyak dan gas bumi berasal dari organisme
laut yang telah mati berjuta-juta tahun yang lalu dan membentuk sebuah lapisan
dalam perut bumi.”
b. Teori Anorganik (Abiogenesis)
Barthelot (1866) mengemukakan bahwa di dalam minyak
bumi terdapat logam alkali, yang dalam keadaan bebas dengan temperatur tinggi
akan bersentuhan dengan CO2 membentuk asitilena. Kemudian Mandeleyev (1877)
mengemukakan bahwa minyak bumi terbentuk akibat adanya pengaruh kerja uap pada
karbida-karbida logam dalam bumi. Yang lebih ekstrim lagi adalah pernyataan beberapa
ahli yang mengemukakan bahwa minyak bumi mulai terbentuk sejak zaman
prasejarah, jauh sebelum bumi terbentuk dan bersamaan dengan proses
terbentuknya bumi. Pernyataan tersebut berdasarkan fakta ditemukannya material
hidrokarbon dalam beberapa batuan meteor dan di atmosfir beberapa planet lain. Berdasarkan
teori anorganik, pembentukan minyak bumi didasarkan pada proses kimia, yaitu :
a. Teori alkalisasi panas
dengan CO2 (Berthelot)
Reaksi yang terjadi:
alkali metal + CO2 karbida
karbida + H2O ocetylena
C2H2 C6H6
komponen-komponen lain
Dengan kata
lain bahwa didalam minyak bumi terdapat logam alkali dalam keadaan bebas dan
bersuhu tinggi. Bila CO2 dari udara bersentuhan dengan alkali panas
tadi maka akan terbentuk ocetylena. Ocetylena akan berubah menjadi benzena
karena suhu tinggi. Kelemahan logam ini adalah logam alkali tidak terdapat
bebas di kerak bumi.
b. Teori
karbida panas dengan air (Mendeleyef)
Asumsi yang
dipakai adalah ada karbida besi di dalam kerak bumi yang kemudian bersentuhan
dengan air membentuk hidrokarbon, kelemahannya tidak cukup banyak karbida di
alam.

Proses pembentukan minyak bumi terdiri dari
tiga tingkat, yaitu:
1.
Pembentukan sendiri, terdiri dari:
- pengumpulan zat organik dalam sedimen
- pengawetan zat organik
dalam sedimen
- transformasi zat organik
menjadi minyak bumi.
2.
Migrasi minyak bumi yang terbentuk dan tersebar di dalam lapisan sedimen
terperangkap.
3.
Akumulasi tetes minyak yang tersebar dalam lapisan sedimen hingga
berkumpul menjadi akumulasi komersial.
2. Proses
Pengolahan Minyak Bumi
Minyak bumi biasanya
berada 3-4 km di bawah permukaan laut. Minyak bumi diperoleh dengan membuat
sumur bor. Minyak mentah yang diperoleh ditampung dalam kapal tanker atau
dialirkan melalui pipa ke stasiun tangki atau ke kilang minyak. Minyak mentah (crude
oil) berbentuk cairan kental hitam dan berbau kurang sedap, yang selain
mengandung kotoran, juga mengandung mineral-mineral yang larut dalam air.
Minyak mentah belum dapat digunakan sebagai bahan bakar maupun untuk keperluan
lainnya, oleh karena itu, harus dilakukan pengolahan lebih lanjut terhadap
minyak mentah tersebut untuk memisahkan komponen-komponen penyusunnya.. Minyak
mentah mengandung sekitar 500 jenis hidrokarbon dengan jumlah atom karbon 1-50.
Senyawa-senyawa yang
bukan hidrokarbon harus dipisahkan terlebih dahulu dari minyak mentah.
Selanjutnya, komponen-komponen minyak mentah dapt dipisahkan dengan cara
penyulingan bertingkat (distilasi fraksinasi). Proses pemisahan
komponen-komponen penyusun minyak mentah dilakukan di tempat pengilangan minyak
(refineries).
Secara
umum,
proses pengolahan minyak bumi melalui dua tahap yaitu yaitu:
1. Desalting
Minyak mentah (crude oil), selain mengandung
kotoran juga mengandung zat-zat mineral yang larut dalam air. Proses
penghilangan kotoran disebut desalting
atau penghilangan garam.
Desalting dilakukan dengan cara mencampur minyak mentah dengan air sehingga
mineral-mineral akan terlarut dalam air. Untuk meghilangkan senyawa-senyawa
nonhidrokarbon, ke dalam minyak mentah ditambah dengan asam dan basa.
Proses desalting dilakukan untuk mencegah korosi
pipa-pipa minyak dan mencegah tersumbatnya lubang-lubang di menara fraksinasi.
Setelah minyak mentah mengalami proses desalting, selanjutnya minyak mentah
dialirkan ke tangki pemanas untuk menguapkan minyak mentah dan kemudian uap
minyak mentah dialirkan dalam menara fraksinasi (menara distilasi) untuk
diproses lebih lanjut.
2. Distilasi
Bertingkat
Minyak mentah yang
telah melalui proses desalting, kemudian diolah lebih lanjut dengan proses distilasi bertingkat, yaitu proses
pemisahan komponen-komponen penyusun minyak mentah yang berupa senyawa
hidrokarbon berdasarkan perbedaan titik didih. Proses distilasi bertingkat
dilakukan dalam kolom atau menara distilasi. Menara distilasi dilengkapi dengan
pelat-pelat dengan jarak tertentu yang mempunyai sejumlah sungkup gelembung
udara (bubble cups). Proses distilasi
diawali dengan memanaskan minyak mentah hingga suhu 350oC di dalam
tanur (furnace). Proses selanjutnya
adalah memompakan minyak mentah panas tersebut ke dalam kolom fraksinasi di
bagian flash chamber, yaitu bagian
kolom fraksinasi yang berada di sepertiga bagian bawah. Proses di menara
fraksinasi ini dibantu dengan pemanasan steam
(uap air panas bertekanan tinggi) untuk menjaga suhu dan tekanan dalam
kolom agar stabil.
Fraks-fraksi yang
diperoleh dari proses distilasi bertingkat ini adalah campuran hidrokarbon yang
mendidih pada interval (range) suhu
tertentu. Fraksi-fraksi yang didapatkan setelah proses distilasi selanjutnya
diolah lebih lanjut lagi dengan proses reforming,
polimerisasi, treating, dan blending.
1.
Reforming merupakan
suatu cara pengubahan bentuk, yaitu dari rantai lurus menjadi bercabang. Proses
ini digunakan untuk meningkatkan mutu bensin.
2.
Polimerisasi merupakan
suatu cara penggabungan monomer (molekul-molekul sedrhana) menjadi
molekul-molekul yang lebih kompleks.
3.
Treating
merupakan proses penghilangan kotoran pada minyak bumi.
4.
Blending
merupakan proses penambahan zat aditif.

(Bagan
distilasi bertingkat pada proses pemisahan fraksi-fraksi minyak mentah di
menara distilasi)
3. Hasil-Hasil Pengolahan Minyak Bumi
R LPG
Liquefied Petroleum Gas (LPG) PERTAMINA
dengan brand ELPIJI, merupakan gas hasil produksi dari kilang minyak (Kilang
BBM) dan Kilang gas, yang komponen utamanya adalah gas propana (C3H8)
dan butana (C4H10) lebih kurang 99 % dan selebihnya
adalah gas pentana (C5H12) yang dicairkan. Kegunaan gas
terutama untuk bahan bakar rumah tangga, bahan
baku industri kimia (petrokimia), sumber gas hidrogen, dan pemanas
ruangan.
R Petroleum
Eter
Petroleum Eter dihasilkan dari proses
pengolahan minyak mentah pada suhu 30o-90oC. Petroleum
Eter merupakan senyawa hidrokarbon yang terdiri atas campuran pentana, heksana,
dan heptana. Fraksi minyak mentah ini digunakan sebagai pelarut dalam industri
dan dry cleaning.
R Nafta
Nafta
dihasilkan dari proses pengolahan minyak mentah pada suhu 70o-170oC
dan tersusun dari senyawa hidrokarbon dengan jumlah atom C8-C12.
Nafta dapat diolah menjadi bensin atau bahan petrokimia yang lain melalui
proses cracking atau kertakan. Proses
kertakan merupakan proses pemecahan molekul alkana dengan pemanasan pada suhu
tinggi menjadi molekul yang lebih kecil.
R Bensol
Bensol adalah bahan bakar kapal terbang atau pesawat terbang.
Bensol adalah bahan bakar kapal terbang atau pesawat terbang.
R Bensin (Gasolin)
Bensin
terkandung di dalam minyak bumi sebanyak 15-30%. Bensin mengandung lebih dari
500 jenis hidrokarbon yang memiliki rantai C5-C12. Bensin
digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor, bahan bakar penerbangan
bermesin, dan umpan proses petrokimia.
R Minyak tanah (Kerosin)
Kerosin
terkandung di dalam minyak bumi sebanyak 10-15% dan senyawa hidrokarbon yang menyusun
kerosin memiliki atom C10-C4. Kerosin digunakan sebagai
bahan baku pembuatan bensin melalui proses kertakan (cracking), bahan bakar
pesawat terbang, bahan bakar pesawat bermesin jet, bahan bakar industri, kompor
minyak, dan untuk campuran dalam cairan pembasmi serangga.
R Minyak Diesal (Solar)
Minyak
diesel terkandung di dalam minyak bumi sebanyak 15-20% dan senyawa hidrokarbon
yang tersusun terdiri atas atom C15-C25. Minyak diesel
digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel dan dapat dikertak untuk
menghasilkan bensin tambahan. Minyak
diesel memiliki rentang titik didih antara 175-340oC. Sedangkan
untuk mesin diesel kereta api rentang titik didihnya antara 180-370 oC.
R Minyak Pelumas (Oli)
Minyak
pelumas dihasilkan dari proses pengolahan minyak mentah pada suhu 350oC-500oC
dan juga tersusun dari senyawa hidrokarbon dengan jumlah atom C19-C35.
Minyak pelumas digunakan sebagai pelumas/lubrikan mesin.
R Minyak bakar
Minyak
bakar adalah hasil distilasi dari penyulingan minyak tetapi belum membentuk
residu akhir dari proses penyulingan itu sendiri. Biasanya warna dari minyak
bakar ini adalah hitam chrom. Selain itu minyak bakar lebih pekat dibandingkan
dengan minyak diesel. Minyak bakar digunakan untuk kapal laut dan untuk keperluan operasional industri.
R Parafin
Parafin dihasilkan dari proses pengolahan minyak mentah pada
suhu sekitar 350oC. Parafin merupakan zat padat dengan titik cair
terendah. Parafin digunakan sebagai bahan baku lilin, baik lilin untuk penerangan, batik, maupun
kosmetik.
R Residu
Residu
terkandung di dalam minyak bumi sebanyak 40-50%. Residu dapat digunakan untuk
membuat minyak gosk (gemuk) dan lilin. Untuk memperoleh minyak gosok dan lilin
dari residu, hidrokarbon dalam residu harus didistilasi atau disuling. Residu
juga digunakan sebagai pengeras jalan, bahan pelapis antibocor, dan bahan bakar
boiler (mesin pembangkit uap panas).
R Gas Hidrokarbon ringan
Gas
hidrokarbon ringan merupakan senyawa paraffin dengan titik didih normal <30oC
pada tekanan 1 atmosfer berwujud gas, seperti metana (CH4), etana (C2H6),
propane (C3H8), dan n-butana (C4H10). Hidrokarbon adalah bahan untuk
memproduksi karet sistetis atau tiruan dari bahan dasar plastik.
4. Dampak Penggunaan Minyak Bumi
Berikut ini beberapa dampak negatif penggunaan minyak
bumi terhadap manusia dan lingkungan.
Q Dampak Bahan Bakar Terhadap Udara
dan Iklim
Penggunaan berbagai bahan bakar fosil untuk
bahan bakar alat-alat industri dan transportasi telah membuat sebuah perubahan
besar pada kondisi iklim dunia. Peningkatan konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK)
yaitu CO2, CH4, N2O, SF6, HFC dan
PFC akibat aktifitas manusia menyebabkan meningkatnya radiasi yang terperangkap
di atmosfer. Selain menghasilkan energi, pembakaran
sumber energi fosil (misalnya: minyak bumi, batu bara) juga melepaskan gas-gas,
antara lain karbon dioksida (CO2), nitrogen monoksida (NO), dan
sulfur dioksida (SO2) yang menyebabkan pencemaran udara (hujan asam,
smog dan pemanasan global).
Q SMOG
Smog merupakan pencemaran udara
yang disebabkan oleh tingginya kadar gas NO2, SO2, O3
di udara yang dilepaskan, antara lain oleh kendaraan bermotor, dan kegiatan
industri. Smog dapat menimbulkan batuk-batuk dan tentunya dapat menghalangi
jangkauan mata dalam memandang.
Q Dampak Bahan Bakar Terhadap Perairan
Eksploitasi minyak bumi,
khususnya cara penampungan dan pengangkutan minyak bumi yang tidak layak,
misalnya: bocornya tangker minyak atau kecelakaan lain akan mengakibatkan
tumpahnya minyak (ke laut, sungai atau air tanah) dapat menyebabkan pencemaran
perairan. Pada dasarnya pencemaran tersebut disebabkan oleh kesalahan manusia.
Q Dampak Bahan Bakar Terhadap Tanah
Dampak penggunaan energi
terhadap tanah dapat diketahui, misalnya dari pertambangan batu bara. Masalah
yang berkaitan dengan lapisan tanah muncul terutama dalam pertambangan terbuka
(Open Pit Mining). Pertambangan ini memerlukan lahan
yang sangat luas. Perlu diketahui bahwa lapisan batu bara terdapat di tanah
yang subur, sehingga bila tanah tersebut digunakan untuk pertambangan batu bara
maka lahan tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk pertanian atau hutan selama
waktu tertentu.
Q Asap buang
kendaraan bermotor
Gas-gas yang terdapat dalam asap kendaraan
bermotor banyak yang dapat menimbulkan kerugian, diantaranya adalah karbon
dioksida, karbon monoksida, oksida nitrogen, dan oksida belerang. Berikut ini
kerugian yang ditimbulkan gas-gas tersebut:
a. Karbon dioksida
Gas CO2 merupakan hasil pembakaran sempurna
bahan bakar minyak bumi maupun batu bara. Dengan semakin banyaknya jumlah
kendaraan bermotor dan semakin banyaknya jumlah pabrik, berarti meningkat pula
jumlah atau kadar CO2 di udara kita. Keberadaan CO2 yang
berlebihan di udara memang tidak berakibat langsung pada manusia. Akan tetapi
berlebihnya kandungan CO2 menyebabkan sinar inframerah dari matahari
diserap oleh bumi dan benda – benda di sekitarnya. Kelebihan sinar inframerah
ini tidak dapat kembali ke atmosfer karena terhalang oleh lapisan CO2
yang ada di atmosfer. Akibatnya suhu di bumi menjadi semakin panas. Hal ini
menyebabkan suhu di bumi tidak menunjukkan perbedaan yang berarti atau bahkan
dapat dikatakan sama. Akibat yang ditimbulkan oleh berlebihnya kadar CO2
di udara ini dikenal sebagai efek rumah kaca atau green house effect.
b. Karbon monoksida
Sumber keberadaan gas CO
adalah pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar minyak bumi, seperti
pembakaran bensin yang terjadi di mesin motor, pembakaran tidak sempurna pada
proses industri, pembakaran sampah, pembakaran hutan, kapal terbang, dan
lain-lain. Gas ini bersifat racun, dapat menyebabkan rasa sakit pada mata, saluran pernafasan dan
paru-paru. Jika masuk ke dalam darah melalui pernafasan, karbon monoksida bereaksi
dengan hemoglobin dalam darah membentuk HbCO. Keberadaan HbCO ini disebabkan
karena persenyawaan HbCO memang lebih kuat ikatannya dibandingkan dengan HbO.
Hal ini disebabkan karena afinitas HbCO lebih kuat 250 kali dibandingkan dengan
HbO. Akibatnya, Hb sulit melepas CO, sehingga tubuh bahkan otak akan mengalami
kekurangan oksigen. Kekurangan oksigen dalam darah inilah yang akan menyebabkan
terjadinya sesak napas, pingsan, atau bahkan kematian.
c. Oksida Belerang
Gas belerang dioksida
dihasilkan dari oksidasi atau pembakaran belerang yang terlarut dalam bahan
bakar minyak bumi serta dari pembakaran belerang yang terkandung dalam bijih
logam yang diproses pada industri pertambangan. Penyebab terbesar berlebihnya
kadar oksida belerang diudara adalah pada pembakaran batu bara. Belerang
oksida, apabila terisap oleh pernapasan, akan berekasi dengan air dalam saluran
pernapasan dan membentuk asam sulfat yang akan merusak jaringan dan menimbulkan
rasa sakit. Gas ini juga dapat larut dalam air hujan dan menyebabkan hujan
asam. Proses terjadinya hujan asam dijelaskan dengan reaksi sebagai berikut.
a.
Pembentukan asam
sulfit di udara lembap
SO2 (g) + H2O
(l)
H2SO3 (aq)

b.
Gas SO2 dapat
bereaksi dengan oksigen di udara
2 SO2 (g) + O2
(g)
2 SO3 (g)

c.
Gas SO3 mudah larut dalam air, di
udara lembap membentuk asam sulfat yang lebih berbahaya daripada SO2
dan H2SO3
2 SO3 (g) + H2O
(l)
H2SO4 (aq)

d. Oksida Nitrogen
Keberadaan gas nitrogen monoksida di udara
disebabkan karena gas nitrogen ikut terbakar bersama dengan oksigen, yang
terjadi pada suhu tinggi. Reaksinya adalah :
N2 (g) + O2
(g)
2 NO (g)

Pada saat kontak dengan udara, maka gas NO akan membentuk
gas NO2 dengan reaksi :
2 NO (g) + O2 (g)
⇄ 2 NO2 (g)
Gas NO2 merupakan gas beracun,
berwarna merah coklat, dan berbau seperti asam nitrat yang sangat menyengat dan
merangsang. Keberadaan gas NO2 lebih dari 1 ppm dapat menyebabkan
terbentuknya zat yang bersifat karsinogen atau penyebab terjadinya kanker. Jika
menghirup gas NO2 dalam kadar 20 ppm akan dapat menyebabkan
kematian. Gas oksida nitrogen juga dapat menjadi penyebab hujan asam.
Q Dampak Bahan Bakar Terhadap Ekonomi
Di Indonesia, dengan jumlah penduduk mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun dan pertumbuhan ekonomi terus berlangsung yang ditunjukkan oleh kian
bertambah output serta beragam aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh
masyarakat, maka peningkatan kebutuhan energi adalah suatu hal yang tak bisa
dihindari.Dampak terhadap ekonomi lebih banyak merupakan dampak turunan
terutama dari adanya dampak terhadap kesehatan. Dampak terhadap ekonomi akan
semakin bertambah dengan terjadinya kemacetan dan tingginya waktu yang
dihabiskan dalam perjalanan sehari-hari. Akibat dari tingginya kemacetan dan
waktu yang dihabiskan di perjalanan, maka waktu kerja semakin menurun dan
akibatnya produktivitas juga berkurang.
B. Bensin
Salah satu hasil pengolahan
distilasi bertingkat minyak bumi adalah bensin, yang dihasilkan pada kisaran
suhu 30 °C – 200 °C. Bensin yang dihasilkan dari distilasi bertingkat disebut
bensin distilat langsung (straight run gasoline). Bensin merupakan campuran
dari isomer-isomer heptana (C7H16) dan oktana (C8H18).
Bensin biasa juga disebut dengan petrol atau gasolin. Sebenarnya fraksi bensin
merupakan produk yang dihasilkan dalam jumlah yang sedikit. Namun demikian
karena bensin merupakan salah satu bahan bakar yang paling banyak digunakan
orang untuk bahan bakar kendaraan bermotor, maka dilakukan upaya untuk
mendapatkan bensin dalam jumlah yang besar. Cara yang dilakukan adalah dengan
proses cracking (pemutusan hidrokarbon yang rantainya panjang menjadi
hidrokarbon rantai pendek). Minyak bumi dipanaskan sampai suhu 800 °C, sehingga
rantai hidrokarbon yang kurang begitu dibutuhkan dapat dipecah menjadi rantai
pendek, sesuai rantai pada fraksi bensin (Keenan, Kleinfelter, Wood, 1992).
1. Kualitas
Bensin
Mutu atau kualitas bensin ditentukan oleh
persentase isooktana yang terkandung di dalamnya atau yang biasa disebut
sebagai bilangan oktan. Dikatakan kualitas bensin ditentukan oleh isooktana
(2,2,4-trimetilpentana), hal ini terkait dengan efisiensi oksidasi yang
dilakukan oleh bensin terhadap mesin kendaraan.
Efisiensi energi yang tinggi diperoleh dari
bensin yang memiliki rantai karbon yang bercabang banyak. Adanya komponen
bensin berantai lurus menghasilkan energi yang kurang efisien, artinya banyak
energy yang terbuang sebagai panas bukan sebagai kerja mesin, dan hal ini
menyebabkan terjadinya knocking atau ketukan pada mesin. Ketukan pada mesin ini
menyebabkan mesin menjadi cepat rusak.
Bensin premium memiliki bilangan oktan 82, sedangkan bensin
super memiliki bilangan oktan 98. Untuk meningkatkan bilangan oktan bensin,
ditambahkan satu zat yang disebut TEL (tetraetil lead) atau tetraetil timbal.
Penambahan TEL dalam konsentrasi sampai 0,01% ke dalam bensin dapat menaikkan
bilangan oktan, sehingga ketukan pada mesin dapat dikurangi. Namun demikian
penggunaan TEL ini memberikan dampak yang tidak baik bagi kesehatan manusia.
Hal ini disebabkan karena gas buang kendaraan bermotor yang bahan bakarnya
mengandung TEL, menghasilkan partikel-partikel timbal. Partikel timbal yang
terisap oleh manusia dalam kadar yang cukup tinggi, menyebabkan terganggunya
enzim pertumbuhan. Akibatnya bagi anak-anak adalah berat badan yang berkurang
disertai perkembangan sistem syaraf yang lambat. Pada orang dewasa, partikel
timbal ini menyebabkan hilangnya selera makan, cepat lelah, dan rusaknya
saluran pernapasan.
2. Bilangan Oktan
Bilangan oktan adalah bilangan
perbandingan antara nilai ketukan bensin terhadap nilai ketukan dari campuran
hidrokarbon standar, yaitu n-heptana karena mudah terbakar dan 100 (seratus)
untuk isooktana karena tidak mudah terbakar. Misal, suatu bensin mengandung
campuran 20% n-heptana dan 180% isooktana. Bilangan oktan bensin tersebut
adalah (
x 0) + (
x 100) = 80.
Sementara itu mesin , bensin dengan
campuran 5% n-heptana dan 95% isooktana mempunyai bilangan oktan sebesar 95%.


Bilangan
oktan pada bensin dapat ditingkatkan dengan beberapa cara berikut.
a.
Memperbanyak kadar isooktana dalam bensin.
b.
Menambahkan zat aditif pada bensin, seperti
tetra ethyllead (TEL) atau Pb(C2H5)4 pada
proses blending.
c.
Perengahan termal yang menghasilkan heksena.
Keberadaan senyawa heksena dalam bensin mampu menghilangkan bilangan oktan
sebesar 10 satuan.
d.
Metode reforming
juga dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu bensin. Dengan cara mengubah
bentuk struktur senyawa hidrokarbon dari rantai lurus menjadi bercabang. Proses
ini dilakukan pada suhu tinggi dengan bantuan katalis.
CH3
![]() |








CH3
e.
Polimerisasi yaitu reaksi yang menggabungkan hidrokarbon
rantai pendek agar menjadi hidrokarbon dengan rantai yang lebih panjang.
Contoh :
Butana direaksikan dengan propana membentuk heptana.
C4H10 (g) + C3H8 (g)
C7H10 (
) + 4H2
(g)


Isobutana
direaksikan dengan isobutena menghasilkan isooktana.













CH3 CH3 CH3 CH3
Isobutana
isobutana isooktana
3. Macam-Macam Produk Bensin
Beberapa
jenis-jenis bensin, diantaranya :
a.
Premium
Premium mempunyai
nilai oktan 88.
b.
Pertamax
Pertamax, mempunyai
nilai oktan 92, berarti mutu bahan bakar itu setara dengan campuran 92%
isooktana dan 8% n-heptana. Namun demikian, tidak berarti bahwa pertamax hanya
terdiri dari dua jenis senyawa (92% isooktana dan 8% n-heptana), melainkan
“mutunya” atau jumlah ketukan yang ditimbulkannya setara dengan campuran 92%
isooktana dan 8% n-heptana.
c.
Pertamax plus
Pertamax plus mempunyai nilai
oktan 94.
No comments:
Post a Comment